Interaksi Simbolik berasal dari perspektif sosial budaya dalam hal itu bergantung pada penciptaan bersama makna melalui interaksi dengan orang lain. Teori ini berfokus pada cara-cara di mana orang-orang membentuk makna dan struktur dalam masyarakat melalui interaksi. Orang-orang termotivasi untuk bertindak berdasarkan makna mereka berikan pada orang, benda, dan peristiwa (Mead, 1934).
Interaksi Simbolik berpendapat dunia ini terdiri dari objek sosial yang diberi nama dan memiliki makna yang ditentukan secara sosial. Ketika orang-orang berinteraksi dari waktu ke waktu mereka datang untuk berbagi makna bagi istilah-istilah tertentu dan tindakan dan dengan demikian datang untuk memahami peristiwa dalam cara-cara tertentu. Ada tiga konsep utama dalam teori ini: masyarakat, diri dan pikiran.
Masyarakat: Kisah Sosial (yang menciptakan makna) melibatkan gerakan awal dari satu individu, respon terhadap isyarat bahwa dari yang lain dan hasilnya.
Masyarakat: Kisah Sosial (yang menciptakan makna) melibatkan gerakan awal dari satu individu, respon terhadap isyarat bahwa dari yang lain dan hasilnya.
Diri : Citra diri berasal dari interaksi dengan orang lain berdasarkan persepsi orang lain. Seseorang masuk akal dunia dan mendefinisikan mereka "diri" melalui interaksi sosial. Satu 's diri adalah objek yang signifikan dan seperti semua objek sosial yang didefinisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Pikiran: Kemampuan Anda untuk menggunakan simbol-simbol yang signifikan untuk merespon diri sendiri membuat berpikir mungkin. Anda mendefinisikan objek dalam hal bagaimana Anda akan bereaksi terhadap mereka. Objek menjadi apa yang mereka melalui proses simbolik mengurus kami (Foss & Littlejohn, 2008).
Konstruksi untuk teori ini termasuk penciptaan makna, norma-norma sosial, interaksi manusia, dan tanda-tanda dan simbol. Sebuah asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa makna dan realitas sosial dibentuk dari interaksi dengan orang lain dan bahwa beberapa jenis makna bersama tercapai. kondisi batas tersebut untuk teori ini harus ada sejumlah orang berkomunikasi dan berinteraksi dan dengan demikian berarti menetapkan situasi atau objek.
Orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan pada orang , benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas.
Intetalsi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini dan dalam prosesnya, dijelaskan pula kerangka asumsi teori ini.
Intetalsi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini dan dalam prosesnya, dijelaskan pula kerangka asumsi teori ini.
Raph LaRossa dan Donald C.Reitzes(1993) telah memperlajari teori Interaksi Simbolik yang berhubungan dengan keluarga. Mengatakan bahwa 7 asumsi mendasari Symbolic Interactions dan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkkan 3 tema besar :
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
Teori SI berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat interinsik terhadap apa pun. Dibutuhkan konstruksi interpretif di antara ornag-orang untuk menciptakan makna. Bahkan, tujuan dari interaksi, menurut SI adalah untuk menciptkan makna yang sama. Hal ini penting karena tanpanya makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin.
Tema ini memiliki 3 asumsi tamhan:
a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan mkana yang diberikan orang lain pada mereka
b. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif
2. Pentingnya konsep diri
Seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercayai orang untuk mengenal dirinya sendiri. Tema ini memiliki 2 asumsi tambahan yaitu:
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interkasi dengan orang lain
b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berprilaku
3. Hubungan antara individu dan masyarakat
Tema ni berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Mead dan Blummer mengambil posisi di tengah untuk pertanyaan ini. Mereka mencoba untuk menjelaskan baik mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Tema ini memiliki 2 asumsi tambahan yaitu:
a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial
b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial
a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial
b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial
Asumsi :
a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka : Perilaku sebagai suatu rangkai pemikiran dan prilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respon yang berkaitan dengan rangsangan tersebut. SI tertarik mencari makna dengan mempelajari penjelasan psikologis dan sosiologis mengenai prilaku. Jadi ketika seorang peneliti SI melakukan kajian mengenai prilaku dari Roger Thomas(dari cerita awal kita), mereka melihatnya mebuat makna yang sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuknya dirinya. Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna terteentu pada simbol tertentu.
a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka : Perilaku sebagai suatu rangkai pemikiran dan prilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respon yang berkaitan dengan rangsangan tersebut. SI tertarik mencari makna dengan mempelajari penjelasan psikologis dan sosiologis mengenai prilaku. Jadi ketika seorang peneliti SI melakukan kajian mengenai prilaku dari Roger Thomas(dari cerita awal kita), mereka melihatnya mebuat makna yang sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuknya dirinya. Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna terteentu pada simbol tertentu.
b. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia : Mead menekankan dasar intersubjektif dari makna. Makna dapat ada, menurut mead, hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi. Blummer(1969) menjelaskan bahwa terdapat tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna yaitu :
• Pendekatan mengatakan bahwa makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari sutau benda. Blummer mengatakan”jadi, sebuah bangku jelas-jelas merupakan bangku di dalam dirinya..maknyanya memancar, dapat dikatakan demikian, dari benda tersebut dan sepertinya tidak ada proses yang terlibat dalam pembentukannya; yang penting adalah untuk mengenali makna yang sudah ada dalam benda tersebut.
• Pendekatan kedua terhadap asal-usul makna melihat makna itu”dibawa kepada benda oleh seseorang bagi siapa benda itu bermakna”( Blummer, 1969, hal.4). Posisi ini mendukung pemikiran yang terkenal bahwa makna terdapat didalam orang, bukan didalam benda. Dalam sudut pandang ini, makna dijelaskan dengan mengisolasi elemen-elemen psikologis di dalam seseorang individu yang menghasilkan makna
• SI mengambil pendekatan ketiga terhadap makna, melihat makna dengan sesuatu yang terjadi diantara orang-orang. Makna adalah”produk sosial” atau “ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi”(blummer, 1969, hal.5)
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif : Blummer menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah:
• Pertama, pelaku menentukan benda-benda yang mempunyai makna. Blummer beragumen bahwa bagian dari proses ini berbeda dari pendekatan psikologis dan terdiri dari atas orang yang terlibat didalam komunikasi dengan dirinya sendiri. Jadi ketika rogers bersiap-siap untuk berkerja di pagi hari, dia berkomunikasi dengan dirinya sendiri mengenai bagian-bagian yang bermakna bagi dirinya.
• Langkah kedua melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan tarnsformasi makna di dalam konteks dimana mereka berada(C0-budaya yang serupa).
d. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interkasi dengan orang lain : asumsi ini menyatakan bahwa kita membangun perasaan akan diri (sense of self) tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain. Orang-orang tidak terlahir dengan konsep diri; mereka belajar tentang dirinya sendiri sebagai individu. Alicia cast(2003) mempelajari penggunaan kekuasaan pada pasangan yang sudah menikah, dan hasil yang dia dapatkan mendukung asumsi SI ini, ia menyatakan bahwa konteks sosial dan interaksi adalah suatu yang penting ketika menyelidiki tentang diri.
e. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berprilaku : pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri menpengaruhi prilaku adalah sebuah prinsip pada SI. Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinterkasi dengan dirinya sendiri. Penting juga untuk diingat bahwa Mead melihat diri sebagai proses, bukan struktur. Memiliki diri memaksa orang untuk mengontruksi tindakan dan responnya, daripada sekadar mengekspresikannya. Misalnya, jika anda merasa yakin kemampuan dalam pelajaran teori komunikasi, maka akan sangat mungkin bahwa anda akan berhasil dengan baik dalam pelajaran itu. Bahkan, akan sangat mungkin pula bahwa anda akan merasa percaya diri di dalam semua mata kuliah lainnya. Proses ini sering kali dikatakan sebagai prediksi pemenuhan diri (self-fulfilling prophecy), atau pengharapan akan diri yang menyebabkan seseorang untuk berprilaku sedemikian rupa sehingga harapannya terwujud.
f. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial : asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku individu
g. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial : asumsi ini menengahi posisi yang diambil oleh asumsi SI sebelumnya. SI mempertanyakan padangan bahawa struktur sosial tidak berubah serta mengakui bawa individu dapat memodifikasi situasi sosial. Contohnya, mengenai “Jumat Kasual”, ketika karyawan memakai pakaian yang lebih kasual dibandingkan dengan pakaian kantor yang telah disepakati secara sosial. Dengan demikian, para partisipan dalam berinteraksi memodifikasikan struktur dan tidak secara penuh dibatasi oleh hal tersebut. Dengan kata lain, teoretikus SI percaya bahwa manusia adalah pembuat pilihan.
Konsep Penting (Mind-Self-Society)
Pikiran
Mead mendefinisikan pikiran(mind) sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain. Bayi tidak dapat benar-benar berinteraksi dengan orang lainnya sampai ia mempelajari bahasa(language), atau sebuah sistem simbol verbal dan nonverbal yang diatur dalam pola-pola untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan dan dimiliki bersama. Bahasa tergantung pada apa yang disebut oleh Mead sebagai simbol signifikan(significan symbol), atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi banyak banyak orang. Ketika ia mulai mempelajari bahasa, bayi tersebut melakukan pertukaran makan atau simbol-simbol signifikan dan dapat mengantisipasi respon orang lain terhadap simbol-simbol yang dia gunakan. Hal ini menurut Mead, adalah bagaimana suatu kesadaran berkembang.
Dengan menggunakan bahasa dan berinteraksi dengan orang lain, kita mengembangkan apa yang dikatakan oleh Mead sebagai pikiran, dan ini membuat kita mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat yang kita lihat beroperasi di luar diri kita. Jadi, pikiran dapat digambarkan sebagai cara menginternalisasi masyarakat. Akan tetapi, pikiran tidak haynya tergantung pada masyarakat. Mead menyatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Pikiran merefleksikan dan menciptakan dunia sosial. Ketika seseorang mempelajari bahasa, ia belajar berbagai norma sosial dan aturan budaya yang mengikatnya. Selain itu, ia juga mempelajari cra-cara untuk membentuk dan mengubah dunia sosial itu melalui interaksi.
Terkait erat dengan konsep pikiran adalah pemikiran(thought), yang dinyatakan oleh Mead sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Mead berpegang bahwa tanpa rangsangan sosial dan interaksi dengan orang lain, orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalma dirinya sendiri atau mempertahankan pemikirannya. Sebuah
Terkait erat dengan konsep pikiran adalah pemikiran(thought), yang dinyatakan oleh Mead sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Mead berpegang bahwa tanpa rangsangan sosial dan interaksi dengan orang lain, orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalma dirinya sendiri atau mempertahankan pemikirannya. Sebuah
Menurut Mead, salah satu aktivitas penting yang diselesaikan orang melalui pemikiran adalah pengambilan peran (role taking), atau kemampuan untuk secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan dari orang lain. Proses ini juga disebut pengambilan perspektif karena kondisi ini mensyaratkan bahwa seseorang menghentikan perspektifnya sendiri terhadap sebuah pengalaman dan sebaliknya membayangkannya dari perspektif orang lain. Mead menyatakan bahwa pengambilan peran adalah sebuah tindakan simbolis yang dapat membantu menjelaskna perasaan kita mengenai diri dan juga memungkinkan kita untuk mengembangkan kapasitas untuk berempati dengan orang lain.
Diri
Mead mendefinisikan diri(self) sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Dari sini anda dapat melihat bahwa Mead tidak percaya bahwa diri berasal dari intropeksi atau dari pemikiran sendiri yang sederhana. Bagi Mead, diri berkembang dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus-maksudnya, membayangkan bagaimana kita dilihat oleh ornag lain. Meminjam konsep yang berasal dari seseorang sosiologis Charles Cooley pada tahun 1912, Mead menyebut hal tersebut sebagai cermin diri (looking-glass-self), atau kemampuan kita untuk melihat diri kita sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain.
Cooley (1972) meyakini 3 prinsip pengembangan yang dihubungkan dnegan cermin diri:
1. Kita membayangkan bagaimana kita terlihat di mata orang lain
2. Kita membayangkan penilaian mereka mengenai penampilan kita
3. Kita merasa tersakiti atau bangga berdasarkan perasaan pribadi ini
Pemikiran Mead mengenai cermin diri mengimplikasikan kekuasaan yang dimiliki oleh label terhadap konsep diri dan prilaku. Kekuasaan ini menggambarkan tipe kedua dari prediksi pemenuhan diri. tipe kedua dari prediksi pemenuhan diri yang dihasilkan oleh pemberian sebuah label yang dinamakan efek Pygmalion (Pygmlaion effect), dan hal ini merujuk pada harapan-harapan orang lain yang mengatur tindakan seseorang.
Ketika Mead berteori mengenai diri, ia mengamati bahwa melalui bahasa orang mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan obejk bagi dirinya sendiri. Sebagi subjek, kita bertindak, dan sebagai obejk, kita mengamati diri kita sendiri bertindak. Mead menyebut subjek, atau diri yang bertindak, sebagia I dan objek, atau diri yang mengamati, adalah Me. I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif, sedangkan Me lebih reflektif dan peka secara sosial. I mungkin berkeinginan untuk pergi keluar dan berpesta, sementara Me mungkin lebih berhati-hati dan meyadari adanya pekerjaa rumah yang harus diselesaikan. Mead melihat diri sebuah proses yang mengintegrasikan antara I dan Me.
Cooley (1972) meyakini 3 prinsip pengembangan yang dihubungkan dnegan cermin diri:
1. Kita membayangkan bagaimana kita terlihat di mata orang lain
2. Kita membayangkan penilaian mereka mengenai penampilan kita
3. Kita merasa tersakiti atau bangga berdasarkan perasaan pribadi ini
Pemikiran Mead mengenai cermin diri mengimplikasikan kekuasaan yang dimiliki oleh label terhadap konsep diri dan prilaku. Kekuasaan ini menggambarkan tipe kedua dari prediksi pemenuhan diri. tipe kedua dari prediksi pemenuhan diri yang dihasilkan oleh pemberian sebuah label yang dinamakan efek Pygmalion (Pygmlaion effect), dan hal ini merujuk pada harapan-harapan orang lain yang mengatur tindakan seseorang.
Ketika Mead berteori mengenai diri, ia mengamati bahwa melalui bahasa orang mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan obejk bagi dirinya sendiri. Sebagi subjek, kita bertindak, dan sebagai obejk, kita mengamati diri kita sendiri bertindak. Mead menyebut subjek, atau diri yang bertindak, sebagia I dan objek, atau diri yang mengamati, adalah Me. I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif, sedangkan Me lebih reflektif dan peka secara sosial. I mungkin berkeinginan untuk pergi keluar dan berpesta, sementara Me mungkin lebih berhati-hati dan meyadari adanya pekerjaa rumah yang harus diselesaikan. Mead melihat diri sebuah proses yang mengintegrasikan antara I dan Me.
Masyarakat
Mead berargumen bahwa interaksi mengambil tempat di dalam sebuah struktur sosial yang dinamis-budaya, masyarakat, dan sebagainya. Individu-individu lahir dalam konteks sosial yang sudah ada. Mead mendefinisikan masyarakat(society) sebagai jejaring hubunagn sosial yang diciptakan oleh manusia. Individu-individu terlibat di dalam masyarakat keterhubungan yang mereka pilih secara aktif dan sukarela. Jadi masyarakat menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat perilaku yang terus disesuaikan oleh individu-individu. Masyarakat ada seblum individu tetapi juga diciptakan dan dibentuk oleh individu, dengan melakukan sejaln dengan orang lainnya(Forte, 2004). Masyarakat, karenanya terdiri dari individu-individu, dan Mead berbicara mengenai dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri. Pemikiran Mead mengenai orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita.
Orang lain secara umum (generalized other) merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai suatu keseluruhan. Hal ini diberikan oleh masyarakat kepada kita, dan ‘sikap dari orang lain secara umum adalah sikap dari keseluruhan komuniktas’(Mead, 1934,hal 154). Orang lain secara umum memberikan menyediakan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang dimiliki bersama oleh komunitas. Orang lain secara umum juga memberikan kita perasaan mengenai bagaimana orang lain bereaksi kepada kita dan harapan sosial secara umum.
Orang lain secara umum (generalized other) merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai suatu keseluruhan. Hal ini diberikan oleh masyarakat kepada kita, dan ‘sikap dari orang lain secara umum adalah sikap dari keseluruhan komuniktas’(Mead, 1934,hal 154). Orang lain secara umum memberikan menyediakan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang dimiliki bersama oleh komunitas. Orang lain secara umum juga memberikan kita perasaan mengenai bagaimana orang lain bereaksi kepada kita dan harapan sosial secara umum.
Kekuatan:
Interaksi simbolik adalah kerangka lama berdiri dan dihormati yang terlihat pada komunikasi manusia dalam konteks yang luas. Ini mengidentifikasi dan mempertimbangkan baik pikiran individu tentang bagaimana mereka masuk ke dalam masyarakat dan interaksi sosial mereka dalam mengembangkan bahwa citra diri. Ini dapat membantu kita memahami bagaimana makna diciptakan yang dapat menerjemahkan ke dalam studi banyak teori komunikasi lainnya.
Kelemahan:
Beberapa kritik yang mengatakan teori terlalu luas dan karena itu sulit untuk diterapkan dalam studi tertentu. Lain berpendapat bahwa teori terlalu banyak berfokus pada kekuatan individu untuk menciptakan realitas mereka sendiri dan tidak cukup pada kekuatan lain yang membantu membangun kenyataan itu. (Turner & West, 2007).
Interaksi simbolik adalah kerangka lama berdiri dan dihormati yang terlihat pada komunikasi manusia dalam konteks yang luas. Ini mengidentifikasi dan mempertimbangkan baik pikiran individu tentang bagaimana mereka masuk ke dalam masyarakat dan interaksi sosial mereka dalam mengembangkan bahwa citra diri. Ini dapat membantu kita memahami bagaimana makna diciptakan yang dapat menerjemahkan ke dalam studi banyak teori komunikasi lainnya.
Kelemahan:
Beberapa kritik yang mengatakan teori terlalu luas dan karena itu sulit untuk diterapkan dalam studi tertentu. Lain berpendapat bahwa teori terlalu banyak berfokus pada kekuatan individu untuk menciptakan realitas mereka sendiri dan tidak cukup pada kekuatan lain yang membantu membangun kenyataan itu. (Turner & West, 2007).
1 komentar:
Salam, saya sadur link nya untuk artikel paper saya ya makasih :)
Catat Ulasan