Hampir semua orang pasti ingin bisa hidup lebih lama. Umur panjang dipengaruhi oleh pola hidup sehat dan lingkungan yang mendukung. Namun bisakah umur panjang diturunkan ke generasi berikutnya yang memiliki kondisi yang jauh berbeda dengan saat ini? Ternyata ilmuwan menunjukkan hal itu bukanlah hal yang mustahil.
Para peneliti menemukan bahwa memblokir atau memodifikasi salah satu dari tiga protein kunci dalam DNA dapat meningkatkan lama hidup hewan dan keturunannya, meskipun modifikasi terhadap sel asli tidak lagi ada dalam DNA keturunannya. Temuan pertama di dunia ini menunjukkan bahwa umur panjang bisa diwariskan dengan cara non-genetik selama beberapa generasi.
Investigasi lebih lanjut memang masih banyak diperlukan, namun penelitian ini dapat menjadi petunjuk mengenai kemungkinan bahwa modifikasi DNA yang terjadi pada kakek-nenek buyut kita dapat mempengaruhi lama kehidupan kita sendiri.
"Penelitian ini berkaitan dengan gagasan pewarisan sifat-sifat yang hampir sesat karena telah lama dipasung oleh hukum Mendel. Tapi kami menunjukkan melalui penelitian ini bahwa pewarisan umur panjang terjadi pada cacing gelang melalui pengubahan protein tertentu," kata profesor genetika, Anne Brunet, PhD., penulis utama penelitian.
Anne Brunet yang dibantu oleh Eric Greer di Universitas Stanford sebelumnya menemukan spesimen cacing gelang yang hidup 20 sampai 30 persen lebih lama dari biasanya. Cacing berumur panjang ini mengalami mutasi yang mengganggu kemampuan protein DNA yang membantu mengontrol aktivitas gen.
Pertanyaannya adalah apakah pengubahan protein DNA tersebut bisa diwariskan efeknya? Greer kemudian merancang sebuah percobaan untuk mengetahui apakah cacing yang tidak memiliki mutasi pada gen-nya tetap bisa mewarisi hidup panjang.
"Saya tidak benar-benar berharap untuk dapat diwariskan. Karena itu, saya berpikir bahwa mekanisme perpanjangan usia tersebut akan hilang antar generasi," kata Greer seeprti dikutip dari ScienceNews.com.
Tapi ternyata hidup lebih lama bisa diwariskan setidaknya selama tiga generasi meskipun keturunan cacing tidak lagi mengalami perubahan DNA yang menyebabkan perpanjangan masa hidup.
Mekanisme memperpanjang lama hidup berakhir tiba-tiba pada antara generasi ketiga dan keempat. Alasannya tidak diketahui, tetapi Brunet berspekulasi bahwa setiap generasi secara bertahap membangun kembali beberapa protein sehingga mekanisme perpanjangan hidupnya terputus.
Tidak ada yang tahu apakah temuan pada cacaing gelang itu akan berlaku juga pada hewan lain atau manusia, tetapi proses penuaan yang banyak ditemukan pada cacing juga ditemukan pada organisme lain, termasuk manusia.
"Mutasi dalam genom yang memungkinkan orang dapat hidup lebih lama, tapi pasti ada faktor epigenetik yang juga terlibat," kata Brian Kennedy, CEO Buck Institute for Research on Aging in Navato, California.
Sumber : detik.com
tinggalkan komentar
0 komentar:
Catat Ulasan